Banner

Warga Enggano Ancam Pisah Dari Bengkulu Utara

Bengkulu Utara - Geram dengan persoalan kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tak kunjung ada solusi, Kamis, 6 Februari 2020, warga masyarakat Pulau Enggano menggelar demonstrasi, di depan Kantor Camat Enggano. Mereka berharap Pemkab Bengkulu Utara, Pemprov Bengkulu dan pemerintah pusat memberikan perhatian khusus terhadap persoalan yang ada di pulau terluar Provinsi Bengkulu tersebut.

“Harapan kami, Pemerintah Kabupaten, Provinsi maupun pusat agar benar-benar memperhatikan kami rakyat pulau terluar ini. Penderitaan kami saat ini luar biasa sekali, seakan-akan kami ini anak tiri wilayah Republik Indonesia,” kata Korlap Aksi Suwaidi Ka’arubi.

Aksi damai yang diikuti ratusan warga dari 4 desa ini menuntut pemerintah segera mendistribusikan BBM, guna menanggulangi kekosongan pasokan untuk berbagai jenis BBM di Pulau Enggano.

Selain itu, hingga saat ini masyarakat setempat menilai belum merasakan kemajuan pembangunan di Pulau Enggano. Kondisi ini dirasa berbanding terbalik jika dibandingkan dengan kecamatan lain di Bengkulu Utara maupun sejumlah wilayah di Provinsi Bengkulu.

Dalam butir catatan terakhir pers rilisnya, warga meminta keseriusan Pemkab Bengkulu Utara dalam membangun dan memajukan Kecamatan Pulau Enggano. Bahkan apabila tidak ada langkah kongkrit, maka seluruh elemen masyarakat Enggano, baik dari tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda menyatakan akan memisahkan diri dari Bengkulu Utara.

Kegeraman masyarakat semakin tak terbendung saat menggelar aksi, lantaran Kapal Perintis Sabuk Nusantara 52 tiba-tiba angkat jangkar dan oulang di luar jadwal menuju Bengkulu, meninggalkan para penumpang dan hasil bumi di Dermaga Desa Malakoni.

Usut punya usut, kepulangan kapal subsidi pemerintah di luar jadwal tersebut disebabkan karena telah terjadi keributan antara masyarakat dengan crew kapal. Insiden itu terjadi lantaran crew kapal menyita 5 liter BBM jenis pertalite dari salah satu penumpang. Namun saat masyarakat menanyakan soal penyitaan BBM itu kepada kapten japal, bukan solusi yang di dapat, malah berujung pelaporan pada pihak kepolisian.

Ditambahkan oleh Titi (30) salah seorang masyarakat Enggano, terkadang masyarakat terpaksa mengakali kelangkaan BBM dengan memasok dari Kota Bengkulu.

“Berhubung BBM di Enggano ini suduh putus, sebagian masyarakat memberanikan diri untuk membawa BBM dari Kota Bengkulu secara sembunyi-sembunyi, meskipun kami tahu itu melanggar hukum, tapi demi keberlangsungan kehidupan di Enggano, tetap masyarakat lakukan,” terang Titi.

Lanjutnya, terkadang mereka merasa terzalimi karena seringkali BBM yang dibawa masyarakat tersebut disita oleh kapal, sementara pemerintah belum punya solusi konkrit.

“Sering disita dan BBM itu dibuang ke laut oleh pihak kapal,” pungkasnya.(garudadaily)

Posting Komentar

0 Komentar