Banner

Sudut Kelam Terbayang-Bayang

      ~Sudut Kelam Terbayang-Bayang~

Panas pekat menyengat hati tak tertuang
Angin berbisik membawa kabar racun yang pahit.
Kecemasan tiba hingga sampai kesemilir tulang
Ya, katamu dagumu tembus ke tujuh lapis langit, jauh beribu jarak untuk bumi memanggil

Risaulah diri semakin dalam, gelisah, panas, pekat menyatu dalam pahitnya hitam.
Sedumu, seduku disecangkir gelas yang tak bergagang
hitam berputar, bahasan fiksi semakin dalam.

Semenjak saat itu, langit semakin kelam, bumi semakin gersang, tak terdengar lagi si burung berkicau memberi kabar,
Air hulu ke hilir semakin mencekam, suara alampun terdengar tersedu-sendu mengisyaratkan tak ada lagi tanda waktu akan petang.

Lantas siapa yang patut disalahkan, bumikah, langitkah, alamkah, sungaikah, atau karena waktu yang terus berputar?
Usai dingin waktu itu terlewatkan, saat itu aku tersadar bahwa apa pun yang direncanakan langit, Aku harus memulai menyiapkan bekal untuk masa akan datang.

31/3/2019
Mahmud Yunus, S.Pd

Posting Komentar

0 Komentar