Banner

PMI Bengkulu Ajak Masyarakat Tingkatkan Kesadaran Terhadap Bencana

Seputarhukum.Com- Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Bengkulu bekerjasama dengan Japanese Red Cross Society (PMI Jepang) diwakili oleh Mr. Yuki Aoki menggelar Event masyarakat Bengkulu tangguh dalam program pengurangan resiko terpadu berbasis masyarakat (PERTAMA) di Bencoollen mall, Minggu (17/2019).

Wakil Ketua PMI Provinsi Bengkulu, Asnawi A. Lamat mengatakan kegiatan ini merupakan program dari PMI pusat bekerja sama dengan PMI Jepang yang sudah berjalan dua tahun setengah dan akan berakhir pada tahun 2020 mendatang. Kegiatan ini juga bertujuan memberikan pemahaman terhadap kesiapan masyarakat dan memberikan sosialisasi pengurangan risiko bencana, pertolongan pertama serta perawatan keluarga bagi masyarakat kota Bengkulu.

"harapan kita kedepan, bisa berjuang untuk melanjutkan program ini kedaerah-daerah lain, kita sama-sama tahu bahwa cukup banyak desa-desa/kelurahan kita di bengkulu berada dipesisir, paling tidak apa yang disampaikan PMI pusat tadi bisa memberikan dorongan, motivasi kepada pemerintah daerah untuk mempunyai program yang sama terutama untuk daerah dipesisir pantai,"ujarnya

Kendati demikian, untuk PMI Provinsi Bengkulu tahun 2019 ini sambung Asnawi, pihaknya akan tetap melakukan dan mempioritaskan kegiatan pendidikan dalam bentuk pelatihan. Terlebih berdasarkan amanat dalam UU nomor 1 tahun 2018 tentang kepalangmerahan.


"tahun 2019 ini, kita berusaha meningkatkan program, dan menerapkan paling tidak beberapa didaerah yang rawan bencana dan kita akan terus berusaha secara maksimal. Soal penanggulangan bencana kita akan tetap bekerjasama dengan BPBD/BNPB dan Basarnas,"jelasnya

Hal Senada juga dikatakan Ketua Bidang Penanggulangan Bencana PMI Pusat, Letjen Purn Soemarsono. Menurutnya, program penanggulangan bencana yang diselenggarakan oleh PMI bekerjasama dengan PMI jepang ini bertujuan mendidik masyarakat (masyarakat desa).

Hal ini mendorong terbentuknya Program pengurangan resiko bencana terutama untuk kalangan masyarakat bawah. Sebab, tipologi jepang dan Indonesia memiliki persamaan, terletak anatara 2 lempeng, sehingga berpotensi untuk terjadinya bencana.

 “Di Jepang sejak dini sudah didik untuk tanggap akan bencana. Kita sadar saat sudah terjadi tsunami 2004. Semua bencana pasti akibat dari kerusakan lingkungan. Disisi lain Indonesia sama dengan Jepang yang berada di 2 lempeng, area bencana. Menjadi kebutuhan bersama tentang care nya bencana seperti jalur evakuasi yang harus kosong bila terjadi bencana akan langsung dapat digunakan."jelasnya.

Soemarsono juga menjelaskan, dalam bencana hanya bisa diatasi dengan tiga Hal. Yakni, ESDM, Infrastruktur dan Masyarakat. Menurutnya, ESDM sudah ada seperti BNPB, Basarnas serta Organisasi. Selanjutnya Infrastruktur juga sudah banyak dibangun. Namun hal yang belum banyak digarap dan sering dilupakan, seperti peran masyarakat atau komunitas.

"maka dari itu kita bentuk Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBBAT).  sehingga kalau ada bencana akan bisa ditangani masyarakat yang sudah diberikan bekal dan pengetahuan tentang penanggulangan bencana ini.
Sehingga apabila terjadi bencana dapat menimimalisir jumlah korbannya,"pungkasnya

Diketahui, Event ini diselenggarakan sebagai penguatan Mitigasi di Kota Bengkulu sekaligus menjadi ajang promosi, publikasi dan evaluasi serta sosialisasi pengurangan resiko, pertolongan pertama dan perawatan keluarga.

Selain itu, Kegiatan ini juga meliputi lima agenda. Pertama, pameran pengurangan resiko yang diikuti Basarnas dan BPBD Provinsi Bengkulu sebagai mitra  dalam melakukan tanggap darurat. Kedua, Simulasi pertolongan pertama dan perawatan keluarga.

Ketiga, sosialisasi pengurangan risiko terpadu berbasis masyarakat, pertolongan pertama dan perawatan masyarakat. Keempat, Lomba mewarnai untuk PAUD, TK dan SD dengan tema bencana dan PHBS. Terakhir yakni dimeriahkan juga dengan games interatif dan hiburan.

Penulis : Mahmud Yunus




Posting Komentar

0 Komentar